Tak Perlu Judul, Percuma

Kemarin, muram tak secerah ini
Kemarin, diam tak segelap ini
Kemarin, percuma..
Waktu itu, aku tidak disitu
Waktu itu, disana tak nampak hadirku
Waktu itu, percuma..

Puisi yang terbaca dari sudut-sudut keraguan,
Juga kata-kata yang hadir seadanya, kemarin, waktu itu, percuma..

Aku tau, cinta terlalu pagi untuk rindu yang masih liar..
Juga puisi, barisan kebohongan dari ragu yang kabur tiap malam..
Baik cinta maupun puisi, kemarin, waktu itu, percuma..

Ada yang acuh, kemarin..
Juga ada yang menunggu, waktu itu..
Ada lagi yang bercinta, kemarin..
Tapi ada yang tak mau tau, waktu itu..
Juga ada yang diam tak mengerti, kemarin..
Padahal ada yang bertahan, waktu itu..
Kemudian ada yang mencoba, kemarin..
Dan ada yang berjuang, waktu itu..
Namun ada yang tak disitu, kemarin..
Sampai ada yang pergi, waktu itu..
Lagipula ada yang terbiasa, kemarin..
Walaupun ada yang lelah, waktu itu..
Tetap ada yang menangis, kemarin..
Ada yang mati, waktu itu..
Percuma..

Lalu seakan paling kehilangan, puisi bertebaran disudut jalan, memungut kata demi kata dari kemarin, untuk tampil waktu itu, percuma..

Kamu tau? Kemarin, waktu itu, percuma..
Ini bukan hal kemarin, atau tentang waktu itu, tapi ini percuma..

Iya maaf.

Denpasar, 21 Februari 2016, 02:31 AM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar