Laut terus berusaha menciumi pantai melalui daya ombaknya. Ia bahagia meski mungkin cintanya tak pernah sampai.
Senja yang teramat merah melihat dan mengawasi kita yang masih menerka-nerka; siapa yang jadi laut, siapa yang jadi pantai
siapa yang pasang-surut, siapa yang sedia landai.
Senja yang teramat merah menyimpan amarah di antara lemah dan lelah kita: sebuah cerita untuk dibaca dan ditulis ulang pagi yang lain.
Puisi ini, kunikmati sore hari bersama kopi dan kenangan akan kamu yang beranjak pergi.
Jimbaran, 02 Maret 2016, 05:00 PM
Tidak ada komentar:
Posting Komentar