Dari Sahabat

Kepada sahabat,
yang kehilangan


Sudah satu bulan kawan,genap..
Aku menemani kebodohanmu tiap waktu..
Tak akan ada komentar apapun, aku mendengarkan tiap keluhmu, kehilangan yang diam berontak di dalam sana, juga rindu yang tak berdaya itu.

Kawan,
Manusia itu tidak sempurna.
Mereka melakukan kesalahan.
Kadang lebih sulit untuk memaafkan dirimu sendiri daripada membuat orang lain untuk melakukan itu.
Kau sudah melakukan nya, walau aku tau..penyesalanmu terlalu dalam dan dia, yang kau siakan, sudah terlalu jauh..mungkin tak ada lagi yang dapat kau harap, sekecil apapun..

Sudahlah, hei..kemarikan lukamu, bagi denganku seperti sebelum-sebelumnya..aku akan bantu menghabiskan rasanya..

Kawanku, bukankah kau tau bahwa belajar itu tak kenal waktu? Ya..terima saja kalau ini masih sebuah pelajaran..memang lebih dari sebelumnya, jelas saja, tiap pelajaran dalam hidup, tak mungkin dalam level yang sama, kawan..
Masih banyak pelajaran lain yang lebih dari ini menantimu lulus dari yang sekarang..

Dia yang tak lagi disana, juga begitu..kalian punya level belajar masing-masing, mungkin dia lebih dulu belajar dari 'kalian', dan sudah lulus..sekarang giliranmu, belajarlah..dia sedang mengusahakan bahagia yang kau dambakan padanya..

Kawanku yang baik,
Untuk setiap waktu yang akan kau lewati bersama rindu dan pelajaranmu saat ini, aku selalu disampingmu..jangan jatuh, kau sudah sejauh ini..
Kau akan tiba di waktu tanpa ini semua, percayalah, Bapa yang kita kagumi tak akan membiarkanmu sampai tergeletak..

Oke, aku akan membantumu mempelajari ini semua, kita rapihkan dari ketiadaan, kehilangan, rindu, dan inginmu..semua tentangnya, kita rapihkan dulu perlahan..
Begini selanjutnya, seperti yang sudah-sudah, aku akan membawamu ke beberapa suasana unik, sehingga kekosongan yang telah kita tata rapi nanti, benar-benar siap kau kunci rapat dari luar..

Dan jika kau bertemu waktu, ia akan memberimu hadiah yang jauh lebih baik, sebab Bapa-mu sudah sejak jauh menitipkannya pada waktu, okee?? Kita tunggu waktu datang sembari menjalankan rencana awal..

Kawan, menurut pengalaman sebelumnya, ini tidak mudah..kita melangkah dengan doa dan bersandar pada Bapa, percayakan pada-Nya tiap kali gerombolan rindu berserakan, atau kehilangan mulai gaduh, yakinlah Bapa-mu selalu di belakang kita, pertahankan irama langkahmu, ya tentu saja aku tetap bersamamu, kawan. Tuliskan pada halaman-halaman berikutnya, jika kau tak sanggup menahan, lalu teruskan perjalanan.


Ayo kawan, aku sedang bersiap..


Nusa Dua, 12 Maret 2016, 05:59 PM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar